Mahmud Yunus: Pilar Pendidikan Islam di Indonesia, Rektor Pertama ADIA/IAIN/UIN 1957-1960
Mahmud Yunus: Pilar Pendidikan Islam di Indonesia, Rektor Pertama ADIA/IAIN/UIN 1957-1960

Perpustakaan UIN Jakarta - Mahmud Yunus (ejaan lama: Mahmoed Joenoes, 10 Februari 1899 – 16 Januari 1982) adalah salah satu tokoh pendidikan Islam yang sangat berpengaruh di Indonesia, terutama melalui perannya sebagai Rektor Pertama Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) dari tahun 1957 hingga 1960. ADIA, yang kini dikenal sebagai Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, merupakan lembaga pendidikan tinggi yang memainkan peran penting dalam pengembangan studi Islam dan pendidikan keagamaan di Indonesia.

Latar Belakang dan Pendidikan
Lahir di Nagari Sungayang Tanah Datar, Minangkabau pada 10 Februari 1899, tumbuh dalam lingkungan yang sangat religius. Sejak kecil, ia telah menunjukkan kecintaan dan mintanya terhadap ilmu agama dan menimba ilmu di sekolah Islam tradisional. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Mesir, di mana ia bersekolah di Universitas Al-Azhar, salah satu lembaga pendidikan Islam tertua dan paling berpengaruh di dunia. Di Al-Azhar, Mahmud Yunus tidak hanya mempelajari ilmu agama tetapi juga bersentuhan dengan pemikiran-pemikiran modern, yang nantinya mempengaruhi pendekatan dan visinya terhadap pendidikan Islam di Indonesia.

Rektor Pertama ADIA (1957-1960)
Pada 1 Juni 1957, Departemen Agama mendirikan Akademik Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta. Mahmud Yunus diangkat sebagai Rektor Pertama ADIA didampingi Bustami Abdul Gani sebagai Wakil Rektor. Sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Agama pada Jawatan Pendidikan Agama, ia mengusulkan kepada Menteri Agama agar ADIA Jakarta terintegrasi dengan PTAIN Yogyakarta. Setelah mendapatkan persetujuan Menteri Agama Wahib Wahab, Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden No. 11 Tahun 1960 tentang pendirian Institut Agama Islam Negeri (IAIN), yang mengintegrasikan ADIA dan PTAIN menjadi satu Perguruan Tinggi Agama di bawah Departemen Agama. IAIN secara ilmiah memberikan pendidikan serta pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu pengetahuan Islam.

IAIN pertama dibuka dengan empat fakultas, dua fakultas di antaranya terletak di Jakarta, yakni Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Adab. Yunus menjabat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah. Berikutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 49 Tahun 1963 tertanggal 25 Februari 1963, mekar IAIN kedua yang berkedudukan di Jakarta.

Kepemimpinannya di ADIA menjadi fondasi penting bagi pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Hingga saat ini, kontribusi Mahmud Yunus masih dirasakan, terutama melalui pemikiran-pemikiran beliau yang relevan dalam perkembangan pendidikan Islam kontemporer. Di bawah kepemimpinannya, ADIA berkembang menjadi lembaga pendidikan tinggi Islam yang kini dikenal sebagai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, salah satu universitas Islam terkemuka di Indonesia.

Karya dan Pemikiran
Selain mengabdi di dunia pendidikan sebagai rektor, Mahmud Yunus juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif. Salah satu karya pentingnya adalah Tafsir al-Qur’anul Karim, yang telah menjadi referensi penting dalam studi Islam di Indonesia. Buku ini menunjukkan komitmen Mahmud Yunus terhadap pengembangan tafsir yang tidak hanya memandang al-Qur’an dari perspektif tradisional, tetapi juga mencoba memahami relevansinya dengan konteks modern.

Selain itu, Beliau juga dikenal sebagai seorang pemikir yang selalu mendorong integrasi antara agama dan ilmu pengetahuan. Dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, Mahmud Yunus menegaskan pentingnya umat Islam untuk mampu bersaing dalam dunia modern dengan tetap berpegang pada nilai-nilai agama. Gagasan inilah yang ia terapkan selama masa kepemimpinannya di ADIA.

Warisan Mahmud Yunus bagi Pendidikan Islam di Indonesia
Warisan intelektual dan dedikasi Mahmud Yunus terhadap pendidikan Islam masih dirasakan hingga saat ini. Pemikiran-pemikirannya menjadi inspirasi bagi pengembangan pendidikan Islam di Indonesia, khususnya di lembaga-lembaga pendidikan tinggi seperti UIN.

Mahmud Yunus juga telah membuka jalan bagi ulama-ulama dan cendekiawan Islam di Indonesia untuk memajukan pendidikan Islam yang inklusif dan relevan dengan perkembangan zaman. Di tengah tantangan globalisasi, pendidikan Islam di Indonesia kini semakin mendapatkan tempat, berkat landasan kuat yang telah diletakkan oleh tokoh-tokoh seperti Mahmud Yunus.

Sebagai Rektor Pertama ADIA, Mahmud Yunus memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam membangun pendidikan Islam di Indonesia. Warisan intelektualnya terus hidup hingga saat ini, dan namanya tetap dikenang sebagai salah satu pilar pendidikan Islam di Indonesia. *RMr

 

Sumber :
- Irhash A. Shamad., Tokoh Pendidikan Islam: Prof. Dr. H. Mahmud Yunus (1899-1982), https://www.irhash.com/2008/12/prof-dr-h-mahmud-yunus-dan-perkembangan.html
-
wikipedia.com