POSTER RISET : "DISRUPSI DIGITAL HUMANISASI & MASA DEPAN PENDIDIKAN ERA 4.0 : Sintesa Pemikiran Paulo Freira dan Muhammad Iqbal" Karya Cahaya Khaeroni
Poster Riset UIN Jakarta, 24 Juni 2024 - Penelitian ini mengkaji bagaimana disrupsi digital di era 4.0 mempengaruhi pendidikan, dengan menelaah pemikiran dua tokoh besar: Paulo Freire, seorang pedagog revolusioner, dan Muhammad Iqbal, seorang filsuf dan penyair terkenal. Dalam konteks pendidikan, Freire dikenal dengan konsep "pendidikan pembebasan," yang menekankan pada partisipasi aktif siswa dan dialog. Sementara Muhammad Iqbal, dengan konsep "selfhood" atau "khudi," menekankan pentingnya kesadaran diri dan pengembangan potensi individu. Cahaya Khaeroni dalam karyanya mencoba mensintesiskan pemikiran kedua tokoh ini untuk menemukan strategi pendidikan yang relevan di era digital saat ini.
Temuan Utama :
- Disrupsi Digital dalam Pendidikan
Era 4.0 ditandai dengan munculnya teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI), big data, dan Internet of Things (IoT). Teknologi ini telah mengubah cara pembelajaran dan interaksi antara guru dan siswa. Selain itu juga, teknologi memberikan akses yang lebih luas terhadap informasi, tetapi juga menghadirkan tantangan baru seperti ketimpangan akses teknologi dan risiko dehumanisasi dalam pendidikan. - Penerapan Pemikiran Paulo Freire
Freire menekankan pentingnya pendidikan yang membebaskan, di mana siswa bukan hanya objek belajar tetapi subjek yang aktif berpartisipasi. Dalam konteks digital, prinsip dialog dan partisipasi aktif ini bisa diterapkan melalui penggunaan platform pembelajaran interaktif yang mendorong kolaborasi dan diskusi. - Penerapan Pemikiran Muhammad Iqbal
Teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk personalisasi pendidikan, di mana setiap siswa bisa belajar sesuai dengan kecepatan dan gaya belajar mereka masing-masing. Selain itu juga, perlu menggarisbawahi pentingnya pengembangan potensi individu dan kesadaran diri. - Sintesa Pemikiran Freire dan Iqbal
Kombinasi antara partisipasi aktif dan pengembangan potensi individu menghasilkan model pendidikan yang lebih holistik. Selain itu juga, pendidikan harus mampu mengintegrasikan teknologi untuk mendukung interaksi yang bermakna dan pengembangan diri siswa.
Rekomendasi :
- Pengembangan Kurikulum Berbasis Teknologi
Kurikulum harus dirancang untuk memanfaatkan teknologi digital dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip humanisasi. Namun, perlu ada keseimbangan antara penggunaan teknologi dan interaksi manusia untuk mencegah dehumanisasi. - Pelatihan dan Pengembangan Guru
Guru harus diberi pelatihan untuk menggunakan teknologi secara efektif dalam proses belajar-mengajar. Selain itu, Guru juga harus dibekali dengan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip pendidikan Freire dan Iqbal untuk menerapkan pendekatan yang lebih humanis. - Infrastruktur dan Akses Teknologi
Pemerintah dan lembaga pendidikan harus memastikan akses teknologi yang merata bagi semua siswa untuk menghindari ketimpangan digital. Namun, Investasi dalam infrastruktur teknologi yang memadai sangat penting untuk mendukung implementasi pendidikan era 4.0. - Pendekatan Kolaboratif dalam Pembelajaran
Mendorong pembelajaran kolaboratif yang memungkinkan siswa untuk belajar bersama dan saling berbagi pengetahuan. Selain itu, penggunaan platform digital yang mendukung kolaborasi dan diskusi dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa.
Penelitian Cahaya Khaeroni menawarkan pandangan yang komprehensif tentang bagaimana pendidikan di era digital dapat dioptimalkan dengan menggabungkan pemikiran Paulo Freire dan Muhammad Iqbal. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan pembebasan dan pengembangan diri, pendidikan di era 4.0 dapat lebih humanis dan relevan, mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa depan. (Rizki Mulyarahman)
Temukan Koleksi >> "DISRUPSI DIGITAL HUMANISASI & MASA DEPAN PENDIDIKAN ERA 4.0 : Sintesa Pemikiran Paulo Freira dan Muhammad Iqbal" Karya Cahaya Khaeroni