Menjadi Santri Cerdas Digital di Era Teknologi
Menjadi Santri Cerdas Digital di Era Teknologi

Perpustakaan UIN Jakarta, edisi spesial Hari Santri 2024 – Dalam rangka ‘Hari Santri 2024’ 20 Oktober 2024, Kepala Perpustakaan UIN Jakarta, Agus Rifai, Ph.D., secara spesial merilis ulasan yang bertajuk “Menjadi Santri Cerdas Digital di Era Teknologi”. Ulasan ini menyoroti pentingnya membekali santri dengan kemampuan literasi digital yang kuat, agar mereka mampu bersaing di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
---
Di era 21 ini, dunia bergerak dengan cepat dan diwarnai oleh perkembangan teknologi digital yang kian pesat. Sektor pendidikan, tak terkecuali pendidikan agama, turut terpengaruh oleh kemajuan ini. Santri, yang selama ini dikenal sebagai pengawal moral dan penjaga nilai-nilai keagamaan, kini dihadapkan pada tantangan baru: bagaimana Santri dapat memanfaatkan teknologi digital untuk mendukung pembelajaran dan dakwah. Maka, selain penguasaan ilmu agama yang mumpuni, Santri perlu dibekali dengan keterampilan literasi digital yang kuat untuk tetap relevan dan efektif dalam menjalankan peran di masyarakat.

1-Picture Repo UIN Jakarta_1Literasi Digital: Kebutuhan, Bukan Lagi Pilihan
Literasi digital, dalam konteks pendidikan agama, mencakup kemampuan untuk menggunakan perangkat digital seperti komputer, ponsel pintar, dan internet dengan bijak dan efektif. Hal ini termasuk keterampilan dalam mencari informasi yang valid, mengelola media sosial dengan etika, hingga menciptakan konten positif yang bermanfaat bagi umat. Di era di mana hoaks dan misinformasi banyak beredar, kemampuan ini menjadi sangat penting untuk memastikan para santri dapat menyaring informasi dengan baik dan menghindari penyebaran informasi yang tidak akurat.

Bagi santri, literasi digital juga berarti memahami bagaimana memanfaatkan teknologi untuk mendukung proses belajar mengajar di pesantren. Contohnya, santri dapat mengakses berbagai kitab dan referensi klasik melalui aplikasi atau situs web yang menyediakan kitab-kitab dalam format digital. Ini akan sangat mempermudah proses belajar, memperluas wawasan, dan memfasilitasi akses ke sumber-sumber pengetahuan yang mungkin sulit diperoleh di masa lalu. Selain itu, kemampuan ini juga memungkinkan para santri untuk terhubung dengan ulama dan cendekiawan dari berbagai belahan dunia melalui platform digital, sehingga cakrawala ilmu santri semakin terbuka.

Tantangan dan Peluang dalam Penerapan Literasi Digital di Pesantren
Meskipun demikian, upaya membekali santri dengan literasi digital tidaklah tanpa hambatan dan tantangan. Salah satu hambatan utamanya adalah keterbatasan infrastruktur teknologi di beberapa pesantren, terutama yang berada di daerah terpencil. Akses internet yang terbatas dan minimnya perangkat digital menjadi kendala yang harus diatasi untuk mewujudkan pembelajaran berbasis teknologi digital yang optimal. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun pihak swasta, untuk menyediakan akses teknologi digital yang lebih merata di lingkungan pesantren.

Di sisi lain, dengan berbagai hambatan dan tantangan, juga memunculkan berbagai peluang. Digitalisasi pesantren dapat menjadi momentum untuk memperkenalkan metode dakwah baru yang lebih efektif di kalangan santri. Dengan keterampilan literasi digital, santri dapat menyebarkan nilai-nilai keislaman yang damai dan moderat melalui berbagai platform seperti blog, podcast, hingga video YouTube. Hal ini dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan agama kepada generasi muda yang lebih akrab dengan dunia digital.

Menyiapkan Santri untuk Berperan dalam Dunia Digital
Pesantren memiliki peran strategis dalam membangun generasi santri yang siap menghadapi tantangan global. Dalam konteks ini, pesantren harus mulai membuka diri terhadap inovasi digital tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisional yang telah menjadi identitasnya. Program pelatihan dan workshop tentang literasi digital bisa menjadi salah satu langkah konkret untuk meningkatkan kemampuan santri dalam memanfaatkan teknologi digital.

Selain itu, kurikulum pesantren juga perlu diadaptasi agar lebih inklusif terhadap perkembangan teknologi digital saat ini. Misalnya, dengan memasukkan mata pelajaran tentang etika digital, pemanfaatan media sosial untuk dakwah, dan pengenalan tentang keamanan siber. Dengan demikian, para santri tidak hanya cakap dalam urusan agama, tetapi juga mampu menggunakan teknologi digital secara bijak dan beretika.

_konsultasi dengan Pustakawan UIN Jkt_1Perpustakaan sebagai Pusat Literasi Digital Santri
Dalam menyiapkan santri di era teknologi digital, perpustakaan pesantren memiliki peran penting sebagai pusat literasi digital terutama dalam menghadapi tantangan era 21. Perpustakaan pesantren perlu mengintegrasikan teknologi digital ke dalam fungsi perpustakaan, terutama dengan mengembangkan perpustakaan berbasis teknologi, dan menyediakan akses yang lebih luas ke berbagai sumber-sumber pengetahuan digital seperti e-book, jurnal ilmiah, dan kitab-kitab klasik dalam bentuk format digital. Hal ini memungkinkan santri untuk mengembangkan keterampilan mencari dan mengevaluasi informasi secara kritis, serta belajar menggunakan berbagai platform digital untuk memperluas wawasan mereka. Selain itu, perpustakaan yang dilengkapi perangkat digital seperti komputer dan jangkauan akses internet, dapat membantu santri agar terbiasa dengan teknologi dan memanfaatkan alat-alat ini secara bijak untuk mendukung pembelajaran agama maupun pengetahuan umum.

Agar perpustakaan pesantren dapat berfungsi efektif sebagai pusat literasi digital, ada beberapa peran penting yang perlu diemban. Pertama, Perpustakaan harus mengadakan program pelatihan literasi digital bagi santri, seperti cara mengakses perpustakaan digital, penggunaan perangkat teknologi, dan etika bermedia sosial. Kedua, Pustakawan perlu berperan sebagai fasilitator dalam proses ini, membimbing santri dalam menavigasi sumber informasi digital dan mengajarkan cara memanfaatkan teknologi dengan etis dan produktif. Ketiga, Perpustakaan Pesantren dapat menjalin kerja sama dengan Perpustakaan lain atau Lembaga Pendidikan untuk memperluas akses sumber daya digital. Dengan demikian, perpustakaan tidak hanya menjadi tempat membaca dan belajar secara konvensional, tetapi juga menjadi pusat inovasi dalam mengembangkan keterampilan digital santri yang siap menghadapi dunia modern.

Penutup: Menghadirkan Harmoni antara Nilai Religius dan Teknologi
Pada akhirnya, 'Literasi Digital' bagi santri bukanlah sekadar tambahan, melainkan keharusan bagi santri di tengah era digital saat ini. Keterampilan ini akan memperkuat peran santri sebagai 'Agen Perubahan Sosial' yang mampu menyampaikan pesan-pesan keagamaan dengan cara yang relevan bagi masyarakat modern. Dengan literasi digital, santri dapat menjembatani dunia tradisional dan modern, menghadirkan harmoni antara nilai religius dan teknologi. Perpustakaan Pesantren, karenanya menjadi sangat penting sebagai 'Pusat Pengembangan Literasi Digital Santri'.

Dengan dukungan yang tepat, santri Indonesia dapat menjadi generasi yang tidak hanya berilmu dalam agama, tetapi juga cakap dalam memanfaatkan teknologi digital untuk kemajuan umat dan bangsa. Literasi digital akan menjadikan santri lebih siap menghadapi berbagai tantangan zaman, serta mampu berkontribusi secara aktif dalam membangun masyarakat yang lebih beradab dan berpengetahuan di tengah era globalisasi ini.