Tim Perpustakaan UIN Jakarta Bertolak ke Kuningan. Apa yang Mereka Lakukan?
Tim Perpustakaan UIN Jakarta Bertolak ke Kuningan. Apa yang Mereka Lakukan?

Ciputat – Jum’at Sore (17/01), selepas jam pelayanan selesai, suasana di Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta berbeda dari biasanya. Tim Perpustakan UIN Jakarta –yang terdiri dari Para Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan- tampak bergegas menuju bus yang telah terparkir di depan gedung lama ex-perpustakaan. Apa untuk Liburan?? Ternyata, mereka bersiap untuk melaksanakan Program Pengabdian Masyarakat di Pondok Pesantren Al-Mu’awanah, Kuningan, Jawa Barat. Program ini berlangsung dari 17 hingga 19 Januari 2025.

Kenapa harus ke Kuningan?
Berdasarkan penelusuran informasi yang didapat dari berbagai sumber, Pondok Pesantren Al-Mu'awanah yang berada di Desa Mandirancan, Kecamatan Mandirancan, Kuningan-Jawa Barat berdiri pada tahun 2011, di bawah Yayasan Pembangunan Pendidikan Al-Mu'awanah. Pendirinya adalah Prof. Dr. Ahmad Sukardja, yang merupakan Guru Besar UIN Jakarta, dan pernah menjabat sebagai Hakim Agung di Mahkamah Agung.

Yang lebih menariknya, pesantren ini sukses memadukan metode pendidikan pesantren tradisional atau salaf dan metode pendidikan pesantren modern. Dimana, tak hanya mampu mengaji kitab-kitab kuning, para santri lulusan Pesantren Al-Mu'awanah ini, mampu bersaing di berbagai perguruan tinggi ternama di tanah air, karena mereka dibekali dengan kemampuan penggunaan bahasa Arab dan bahasa Inggris yang merupakan salah satu program unggulan pesantren.

Terus, Apa yang Mereka Lakukan?
goes kuninganKegiatan ini, dipimpin oleh Bapak Maryulisman, S.IP., -Pustakawan Ahli Muda UIN Jakarta, ternyata memiliki misi yang luar biasa. Memperkenalkan pengelolaan perpustakaan pesantren berbasis teknologi informasi. Dimana, kegiatan ini dirancang untuk membantu pesantren dalam mengelola koleksi buku, memanfaatkan teknologi digital, dan memperluas akses literasi digital bagi para santri.

Dalam agenda ini, mereka nggak cuma berbagi ilmu soal manajemen buku, tapi juga mengajarkan cara mengoptimalkan teknologi digital buat kebutuhan literasi para santri. “Bayangin, pesantren yang dulu identik dengan suasana klasik, sekarang sudah saatnya mempunyai perpustakaan yang modern dengan sistem katalog digital dan akses literasi berbasis teknologi. Ini bakal bikin santri lebih gampang buat eksplorasi pengetahuan, mulai dari tafsir Al-Qur'an sampai buku-buku sains”. Ucap Maryulisman dengan penuh semangat dan antusias.

Pesantren & Teknologi: Why Not?
Dengan memadukan pendekatan tradisional dan inovasi teknologi, hal ini dapat memperluas akses literasi di berbagai lapisan masyarakat, termasuk lembaga pendidikan berbasis agama. "Pesantren itu punya potensi besar jadi pusat literasi yang nggak kalah modern. Dengan teknologi, santri bisa belajar lebih efektif dan cepat," kata Maryulisman. Semangat berbagi dan inovasi ini jadi bukti kalau literasi bukan cuma soal buku fisik, tapi juga tentang bagaimana pengetahuan bisa diakses lebih luas lewat teknologi.

Dalam rangkaian kegiatan ini, Tim Perpustakaan UIN Jakarta tidak hanya memberikan pelatihan secara teknis, tetapi juga mendorong penguatan budaya baca melalui pemanfaatan teknologi informasi. Kegiatan ini menjadi salah satu wujud nyata kontribusi UIN Jakarta dalam mendukung pengembangan pendidikan berbasis pesantren dan literasi digital di Indonesia. "Kami berharap program ini dapat menjadi awal yang baik untuk meningkatkan kualitas pengelolaan perpustakaan pesantren di Indonesia," ujar Maryulisman saat ingin menaiki bus.

Yuk, Jadi bagian dari Perubahan
Apa yang dilakukan tim perpustakaan ini bukan cuma buat mendukung pendidikan di pesantren, tapi juga jadi pengingat kalau kita—generasi muda—punya peran besar dalam memajukan literasi di era digital. Siapa tahu, inspirasi dari perjalanan mereka ke Kuningan ini bisa bikin kamu –mahasiswa UIN Jakarta, ikut tergerak untuk mendukung gerakan literasi di komunitasmu sendiri.

Karena Literasi itu tidak pernah ketinggalan zaman, Teknologi hanya alat, semangat belajarnya yang bikin kita tetap relevan. Jadi, kapan giliran kamu bikin perubahan?? *RMr