Kenang Suryadharma Ali : Dari Ciputat ke Lingkaran Istana Negara
Tulisan ini pernah dimuat pada 'Jurnal Wisuda, 3 April 2010/18 Rabuil Tsani 1431'
Ia bukan orang asing di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Aktif kuliah, sekaligus berpolitik di kampus. Menguasai isu-isu kontekstual seperti politik, ekonomi, dan sosial. Suka membuka wawasan baru. Karir politiknya terus menanjak: dari politik kampus, legislatif, hingga eksekutif. Apa janjinya bagi pengembangan almamaternya.
SURYADHARMA ALI adalah sosok salah satu alumni UIN Jakarta (dulu IAIN) yang memiliki karir cemerlang, terutama di pentas politik. Sejak 2004 hingga sekarang, ia diangkat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menjadi salah satu anggota kabinetnya. Atas prestasinya tersebut sivitas akademika UIN Jakarta merasa bangga memiliki alumni seperti dirinya.
Surya, begitu ia biasa disapa, berkuliah di IAIN Jakarta pada 1977, di Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Enam tahun kemudian pada 1984, ia berhasil menyelesaikan studinya dan meraih gelar sarjana lengkap.
Selama menjadi mahasiwa, Surya tak hanya aktif berkuliah di ruang kelas, tapi juga belajar di luar ruang kelas untuk mencari apa yang tak ia dapatkan di bangku kuliah. Ia memutuskan untuk bergelut di organisasi kemahasiswaan. Saat berorganisasi ia banyak mendapatkan pembelajaran dan pengalaman dalam rangka menambah wawasan intelektual dan mengembangkan potensi dirinya.
Pada masanya, Surya dikenal sebagai mahasiswa yang vokal dan aktif berorganisasi baik di intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Selain itu, ia juga aktif di forum kajian. Meski sibuk berorganisasi dan berdiskusi, Surya tak mengabaikan tujuan utamanya datang ke Ciputat yakni menuntut ilmu. Alhasil, prestasi akademik yang diraihnya pun di atas rata-rata.
Di intrakurikuler, Surya pernah menjadi salah satu pengurus organisasi kemahasiswaan, Fakultas. Sedangkan di ekstrakurikuler ia pernah mengemban amanah sebagai Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat. Karirnya di salah satu organisasi ekstra ini tak berhenti di tingkat cabang, tetapi terus meningkat hingga ke pengurus besar. Di Kongres VII PMII yang berlangsung di Bandung, Jawa Barat, Surya terpilih menjadi Ketua Umum PB PMII periode 1985-1988. Ia terpilih setelah bersaing ketat dengan calon lainnya Iqbal Assegaf, dengan selisih sangat tipis, hanya satu suara.
Setelah meraih gelar sarjana, setahun kemudian pada 1985, ia berkarir di PT. Hero Supermarket Tbk. Kariernya di usaha ritel ini berlangsung hingga tahun 1999 dengan jabatan terakhir sebagai Deputi Direktur perusahaan ritel tersebut. Selain aktif di PT. Hero Supermarket Tbk, ia juga aktif di beberapa organisasi ritel. Salah satunya adalah ia pernah menjadi Wakil Sekjen Asosiasi Pedagang, Pengecer dan Pertokoan Indonesia (AP3I).
"Pak Surya itu waktu menjadi mahasiswa orangnya baik, pintar, dan sangat aktif di organisasi serta forum kajian, baik di kampus maupun di luar kampus," kata Nurlela Rifa'i, salah satu temen sekelas Surya di program sarjana lengkap. Saat berdikusi, ia menambahkan, gagasan atau pemikiran Surya yang terkait isu-isu kontekstual seperti politik, ekonomi, dan sosial sangat bagus dan membuka wawasan baru.
Menurut Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) ini, Surya adalah sosok yang mampu berkomunikasi dengan baik. Ia dapat membangun relasi yang baik, tak hanya dengan temen sekelas atau rekan seorganisasinya, melainkan juga dengan rekan lintas organisasi dan fakultas. Dalam interaksi sosial, Surya sangat terbuka dan tak membatasi pada kelompok tertentu. Karena keluwesannya tersebut, maka ia memiliki banyak sahabat dan rekan-rekannya menghargai dirinya.
Nurlena menilai Surya sebagai orang pilihan dan beruntung. Sebab, ia mendapatkan kepercayaan dari orang nomor satu di negeri ini untuk menjadi salah satu anggota Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid I dan jilid II. "Saya salut Pak Surya sudah berhasil menjadi orang sukses dan menjadi menteri selama dua periode di pemerintahan SBY," ungkapnya.
Nurlena, doktor jebolan McGill Unniversity, Kanada, ini menegaskan jabatan yang diemban rekannya itu merupakan sesuatu yang pantas ia dapatkan. Menurutnya, Surya layak menjadi menteri, karena ia memiliki kepemimpinan dan komunikasi yang baik, bahkan juga memiliki jiwa enterpreneurship yang bagus. Ketiga bakat itu sudah tampak pada diri Surya saat masih duduk di bangku kuliah.
Pengalaman dan ilmu yang ia dapatkan selama di lingkungan Ciputat merupakan bekal awal bagi dirinya meniti karir di masa mendatang. Karir Surya yang paling gemilang adalah panggung politik. Meski ia berasal dari Ciputat, sebuah kota kecil di pinggiran selatan Jakarta, tetapi ia mampu masuk ke dalam lingkaran Istana Negara selama dua periode masa pemerintahan SBY. Dari waktu ke waktu karirnya dalam dunia perpolitikan nasional terus bersinar. Di ranah politik Indonesia ia sempat menduduki jabatan strategis di dua lembaga negara, yakni Legislatif dan Eksekutif.
Karir politiknya di legislatif diawali pada 1999. Di Pemilu 1999, Surya terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dearah pemilihan Bogor. Di DPR, pria kelahiran, Jakarta 19 September 1956, ini dipercaya untuk menjadi Ketua Komisi V yang membidangi perhubungan, pekerjaan umum, perumahan rakyat, pembangunan pedesaan dan kawasan tertinggal, dan meteorologi, klimatologi, serta geofisika.
Di Pemilu berikutnya pada 2004, ia terpilih kembali menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan yang sama. Di Senayan, ia mendapat mandat sebagai Bendahara Fraksi PPP MPR RI periode 2004-2009. Namun, karirnya di legislatif tak dilanjutkan, karena Presiden SBY meminta dia untuk menjadi salah satu pembantunya. SBY mengangkat Surya sebagai Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menegah (UKM) jilid I periode 2004-2009. Tapi jabatan menteri ini tak ia pegang hingga akhir masa jabatan.
Beberapa bulan menjelang Pemilu 2009, Surya mengundurkan diri sebagai Menteri Negara Koperasi dan UKM lantaran mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI di Pemilu 2009. Di Pemilu Legislatif tahun 2009, dia berhasil lolos menjadi wakil rakyat di Senayan Periode 2009-2014 dari daerah pemilihan Bogor. Tapi jabatan sebagai wakil rakyat ini tak berlangsung lama. Baru beberapa bulan menjadi anggota DPR, Surya terpaksa harus mengundurkan diri karena Presiden SBY memintanya kembali untuk menjadi salah satu pembantu presiden di masa pemerintahan keduanya. Di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II SBY menunjuk Surya sebagai Menteri Agama.
Selain berkarir di lembaga legislatif dan eksekutif, Surya juga aktif di partai politik PPP. Di partai berlambang Ka'bah ini, lagi-lagi dia memegang jabatan strategis sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP periode 2007-2021. Surya terpilih menjadi Ketua Umum DPP PPP dalam Muktamar VI yang berlangsung di Jakarta pada 3 Februari 2007. Ia menggantikan Hamzah Haz, Ketua Umum PPP sebelumnya. Jabatan tersebut ia raih saat dirinya menjabat sebagai Menteri Negara Koperasi dan UKM.
Surya terpilih dengan mengantongi suara 365 orang dari 1.165 peserta muktamar yang memiliki hak suara. Dia berhasil mengungguli calon lainnya Arief Mudatsir Mandan yang memperoleh 325 suara, Achmad Dimyati Natakusumah dengan 219 suara, Endin AJ Soefihara dengan 185 suara, M. Yunus Yosfiah meraih 46 suara, Alimarwan Hanan dengan 13 suara, Eggi Sudjana dengan 5 suara, dan Hadimulyo yang tak meraih suara satu pun.
Selama menjadi pejabat negara, Surya jarang berkunjung ke almamaternya karena kesibukannya yang begitu padat. Namun, pada 14 Desember tahun lalu, Surya menyisihkan waktunya untuk berkunjung ke kampus UIN Jakarta. Kunjungan Surya saat itu merupakan yang pertama kalinya sejak ia diangkat Presiden SBY menjadi Menteri Agama RI KIB jilid II, pada 22 Oktober lalu. Surya datang untuk menghadiri acara "Penghargaan FISIP UIN Jakarta 2009" yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) bekerjasama dengan Lembaga Survey Indonesia (LSI). Dalam kesempatan itu, Surya diminta untuk memberikan Penghargaan FISIP 2009 kepada tiga pemikir politik Islam, yakni almarhum Harun Nasution, almarhum Nurcholish Madjid "Cak Nur", dan Fachry Ali.
Dalam sambutannya, Surya terkesan dengan perkembangan pesat almamaternya. Ia juga mengaku seperti pulang kampung. "Sekarang saya bertemu dengan banyak temen seangkatan dan sepermainan ketika menjadi mahasiswa di IAIN tahun 1970-an," tuturnya. Dalam kesempatan itu pula, Surya berjanji akan membantu merealisasikan keinginan rektor untuk membangun gedung auditorium baru yang representatif dan sebanding dengan jumlah mahasiswa UIN Jakarta. "Nanti kami akan mencarikan jalan keluarnya. Terkait FISIP, saya berjanji akan membantu proses perizinan dan penetapan struktur FISIP UIN Jakarta segera selesai," katanya.
Artikel lengkapnya >>> Sosok Suryadharma Ali: "Dari Ciputat ke Lingkaran Istana Negara"
Untuk update berita dan informasi lebih lanjut, bisa di akses:
🌐 Website: https://perpus.uinjkt.ac.id/id
📸 Instagram: https://www.instagram.com/perpusuinjkt/
▶️ YouTube: https://www.youtube.com/@pusatperpustakaan5231
FB: https://www.facebook.com/pusatperpustakaanuinjkt
X: https://x.com/i/flow/login?redirect_after_login=%2Fperpusuinjkt