Fakta Mencengangkan: 95% Penggunaan AI di Dunia Pendidikan Disalahgunakan
Fakta Mencengangkan: 95% Penggunaan AI di Dunia Pendidikan Disalahgunakan

Gedung Perpustakaan UIN Jakarta, Berita Online- Hasil survei terbaru memunculkan kekhawatiran mendalam terhadap penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam dunia pendidikan. Sebanyak 95% responden meyakini bahwa penggunaan AI saat ini telah disalahgunakan di institusi pendidikan, mulai dari perguruan tinggi hingga universitas. Fakta mencengangkan ini disampaikan oleh Jack Brazel, Head of Business Partnership Turnitin for Southeast Asia, dalam acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Navigating the Future: Inovasi dan Integritas di Era AI", yang digelar oleh Turnitin pada Kamis (17/04) di Jakarta.

Isin Berita 24-04 (1)Dalam presentasinya, Jack Brazel menjelaskan bahwa survei ini dilakukan terhadap berbagai elemen dunia pendidikan, termasuk administrator akademik, pendidik, hingga mahasiswa. “Untuk memahami bagaimana teknologi mengubah pendidikan, kami melakukan survei terhadap para administrator akademik, pendidik, hingga mahasiswa,” ungkapnya.

Dalam paparannya, Brazel menekankan empat temuan kunci mengenai kondisi integritas akademik di era AI: 1) Pelajar dan pengajar belum sepenuhnya siap dalam menggunakan AI secara bijak. 2) Institusi dan dunia kerja mengharapkan lulusan yang siap dengan teknologi AI. 3) Mahasiswa mencari bimbingan dan dukungan dari para pendidik mengenai penggunaan AI. 4) AI bukanlah antitesis dari integritas akademik.

Meskipun AI semakin banyak digunakan dalam dunia akademik, kenyataannya baik mahasiswa maupun pendidik belum memiliki kesiapan penuh untuk menghadapinya. Di sisi lain, dunia kerja semakin menuntut lulusan yang AI-Literate, dimana mereka yang mampu bekerja berdampingan dengan teknologi cerdas. Mahasiswa mungkin tahu cara menggunakan AI secara teknis, tapi belum paham bagaimana memanfaatkannya secara strategis, etis, dan bertanggung jawab dalam konteks profesional.

Namun untuk itu, perlu adanya usaha serius dalam membangun budaya kepercayaan dan tanggung jawab dalam penggunaannya. Edukasi tentang etika digital, transparansi penggunaan AI, dan sistem pengawasan yang menjadi bagian dari ekosistem pendidikan.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Agus Rifai, Ph.D, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan langkah preventif untuk menjaga orisinalitas karya ilmiah di kampus. “Perpustakaan UIN Jakarta telah berlangganan aplikasi pendeteksi plagiarisme, yaitu Turnitin, untuk memastikan karya tulis civitas akademika bebas dari unsur penjiplakan,” jelasnya.

Fenomena ini menjadi peringatan yang serius bagi dunia pendidikan di Indonesia, bahwa di tengah derasnya gelombang teknologi, integritas tetap harus dijaga. Inovasi tidak boleh menjadi pintu masuk bagi penyimpangan nilai-nilai akademik. *RMr


Untuk update berita dan informasi lebih lanjut, bisa di akses:

WA Channels Perpus
Go Library Perpus