Era Digital, Akses Informasi Tanpa Batas: Ini Dia, Tips dari Pustakawan UIN Jakarta! Simak Penjelasannya
Perpustakaan UIN Jakarta, berita online – Di tengah berkembanganya era digital, akses informasi semakin mudah dan tak terbatas. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, bagaimana seseorang bisa menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhannya? Apakah harus membaca semua sumber satu-per-satu atau meminta bantuan? Yuk simak penjelasan yang disampaikan oleh salah seorang Pustakawan UIN Jakarta, saat dimintai tips bagaimana pemanfaatan akses informasi di Era Digital saat ini, Senin (21/10).
Nuryaman, S.Ptk salah seorang Pustakawan UIN Jakarta, yang saat ini bertugas di Perpustakaan Riset Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta memberikan ‘tips bagaimana memanfaatkan sumber informasi yang mudah diakses di tengah perkembangan digitalisasi yang berkembang begitu cepat.’
Era Digital, Merubah ‘Kebiasaan’
Perkembangan teknologi informasi di era digital telah membawa perubahan signifikan dalam kebiasaan mencari dan mengakses informasi, khususnya di kalangan akademisi perguruan tinggi. Sebelum munculnya digitalisasi, dosen, mahasiswa, dan peneliti lebih bergantung pada buku dan artikel jurnal cetak yang tersedia di perpustakaan fisik. Untuk mengakses referensi tersebut, mereka harus mengunjungi perpustakaan secara langsung, dan bantuan pustakawan menjadi salah satu solusi jika mereka mengalami kesulitan dalam menemukan informasi yang diinginkan.
Namun, dengan semakin populernya istilah "elektronik" dan meningkatnya penggunaan teknologi digital, kebiasaan ini mengalami transformasi besar. Masyarakat kampus sekarang terbiasa dengan referensi digital, seperti e-books, artikel jurnal elektronik, dan database online. Digitalisasi membuat akses informasi menjadi lebih cepat dan praktis, tanpa perlu berkunjung ke perpustakaan fisik. Informasi dapat diakses kapan saja dan dari mana saja, selama tersedia koneksi internet.
Perubahan ini juga mendorong adanya peningkatan literasi digital di kalangan akademisi, di mana kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi digital menjadi sangat penting. Peran pustakawan juga bergeser, dari sekadar memberikan bantuan langsung di perpustakaan fisik, menjadi fasilitator dalam membantu pengguna memahami dan mengakses sumber-sumber digital.
Muncul Istilah “Kemiskinan Informasi”
Di tengah kemajuan teknologi dan ledakan akses informasi digital, memperoleh informasi yang relevan secara cepat dan akurat tetap menjadi tantangan. Hal ini berkaitan dengan fenomena "kemiskinan informasi," yang didefinisikan sebagai kondisi di mana individu atau komunitas tidak memiliki keterampilan, kemampuan, atau akses yang memadai untuk memperoleh, memahami, dan menerapkan informasi secara efektif (Britz, 2004). Meskipun informasi tersedia dalam jumlah yang melimpah, kemiskinan informasi lebih berfokus pada keterbatasan pengguna dalam memanfaatkannya.
Kondisi ini muncul bukan hanya karena kurangnya akses terhadap sumber daya informasi, tetapi juga karena minimnya literasi informasi—kemampuan untuk menilai kualitas, relevansi, dan kredibilitas informasi. Dalam konteks ini, kemiskinan informasi sering dialami oleh mereka yang tidak mampu memfilter dan menggunakan informasi yang tersedia dengan baik, meskipun informasi tersebut mudah diakses.
Era digital menawarkan kemudahan dalam hal akses, tetapi tanpa kemampuan yang tepat untuk memilah dan memahami informasi, seseorang tetap bisa terjebak dalam kondisi "miskin informasi." Ini menunjukkan bahwa akses saja tidak cukup—pembelajaran dan pelatihan terkait keterampilan literasi informasi menjadi sangat penting. Terlebih lagi, kemiskinan informasi dapat memperdalam ketidaksetaraan, terutama di komunitas yang terbatas dalam akses digital.
Asah Kembali ‘Kemampuan Analisis’ dan Tingkatkan ‘Kemampuan Sintesa Informasi Digital’
Transformasi dari penggunaan buku cetak dan artikel fisik menjadi e-book dan e-journal di era digital telah mengubah cara akademisi dan peneliti mengakses informasi. Penggunaan sumber elektronik ini memerlukan keterampilan yang lebih dari sekadar mengandalkan katalog perpustakaan atau koneksi internet. Untuk menavigasi dunia informasi digital yang sangat luas, dibutuhkan literasi informasi—yaitu kemampuan untuk menelusuri, menyaring, dan menggunakan informasi secara efektif.
Literasi informasi ini perlu dikombinasikan dengan literasi digital, yang berfokus pada pemahaman dan keterampilan menggunakan teknologi digital untuk memproses informasi. Dengan kemajuan teknologi, jumlah data digital yang dihasilkan setiap hari sangat besar, mencapai sekitar 402,74 juta terabyte (Duarte, 2023). Menghadapi volume data yang luar biasa ini, membaca semua informasi satu-per-satu menjadi tidak praktis, terutama bagi mahasiswa dan peneliti yang terikat oleh waktu, biaya, dan tenaga.
Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk meningkatkan kemampuan analisis dan sintesis informasi digital. Analisis informasi memungkinkan seseorang untuk memahami dan menilai relevansi dan kualitas data yang ditemukan, sementara sintesis informasi membantu menggabungkan berbagai sumber menjadi sebuah pemahaman yang kohesif dan terorganisir. Literasi ini memastikan bahwa pengguna dapat memanfaatkan sumber digital secara cepat dan akurat, sehingga menghindari informasi yang tidak relevan atau menyesatkan.
"Kritis dalam Penelusuran Informasi, Kredibel dalam Sintesis Sumber Informasi"
Seruan ini menekankan pentingnya mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kredibilitas dalam mencari dan mensintesis informasi, terutama di era digital saat ini. Kata kunci seperti pemikiran kritis, kredibilitas data, relevansi tujuan pendidikan, dan pelibatan teknologi menjadi pusat dalam penguasaan literasi informasi dan digital. Kemampuan ini menjadi semakin penting karena proses penyelesaian tugas akademik—seperti makalah, artikel, review, hingga tesis dan disertasi—sangat bergantung pada penelusuran, pemilihan, dan sintesis informasi yang relevan dan terpercaya.
Literasi informasi tidak hanya tentang mencari informasi, tetapi juga tentang memiliki kemampuan untuk menilai kualitas, keandalan, dan relevansi sumber informasi yang diakses. Sementara itu, literasi digital melibatkan pemahaman terhadap cara menggunakan teknologi dan sumber daya digital secara efektif. Kombinasi kedua literasi ini membantu menciptakan individu yang kritis dan etis dalam penggunaan informasi, yang penting dalam dunia akademik dan profesional.
Penelitian yang melibatkan 4.105 mahasiswa dari 15 program studi menunjukkan bahwa literasi digital memiliki dampak signifikan pada kinerja akademik mahasiswa (Ardhiani dkk., 2023). Mahasiswa yang terampil dalam mencari, menilai, dan memanfaatkan informasi digital cenderung memiliki kinerja akademik yang lebih baik. Hal ini juga berdampak pada peningkatan jumlah ahli informasi di Indonesia, yang pada gilirannya akan mempercepat peningkatan indeks literasi bangsa.
Secara keseluruhan, kemampuan berpikir kritis dan kredibilitas dalam proses penelusuran serta sintesis informasi menjadi pondasi penting dalam menghasilkan karya akademik yang bermutu. Mahasiswa yang mampu memanfaatkan teknologi digital secara tepat akan menjadi agen perubahan yang berkontribusi pada kemajuan pendidikan dan masyarakat yang lebih luas.
Akhir kata, Era Digital telah menghadirkan revolusi dalam cara kita mengakses dan memanfaatkan informasi. Namun, dengan bimbingan pustakawan dan pemanfaatan teknologi yang tepat, pencarian informasi akademis menjadi lebih efektif dan efisien. *RMr
- Rujukan:
- Ardhiani, O., Hadjam, M. N. R., & Fitriani, D. R. (2023). DIGITAL LITERACY AND STUDENT ACADEMIC PERFORMANCE IN UNIVERSITIES: A META-ANALYSIS. Journal of Psychology and Instruction, 7(3). https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JoPaI/article/view/68191 - - Britz, J. J. (2004). To Know or not to Know: A Moral Reflection on Information Poverty. Journal of Information Science, 30(3), 192–204. https://doi.org/10.1177/0165551504044666
- - Cachia, M., Lynam, S., & Stock, R. (2018). Academic success: Is it just about the grades? Higher Education Pedagogies, 3(1), 434–439. https://doi.org/10.1080/23752696.2018.1462096
- - Duarte, F. (2023, Maret 16). Amount of Data Created Daily (2024). Exploding Topics. https://explodingtopics.com/blog/data-generated-per-day