AI Muncul, Dunia Pendidikan Hadapi Tantangan Besar
Gedung Perpustakaan UIN Jakarta, Berita Online - Keberadaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kini tak hanya mempengaruhi dunia industri dan teknologi, tetapi juga membawa gelombang perubahan besar dalam sektor dunia pendidikan. Dalam sebuah diskusi yang bertajuk “Navigating the Future: Inovasi dan Integritas di Era AI” yang diselenggarakan oleh Turnitin di Jakarta, Kamis (17/04), para akademisi, pustakawan, dan para pemangku kebijakan pendidikan atau institusi berkumpul untuk membahas dampak dan arah masa depan pendidikan di era kecerdasan buatan.
Jack Brazel, Head of Business Partnership Turnitin untuk Asia Tenggara, menyoroti kompleksitas yang kini dihadapi lembaga pendidikan. “Institutions face many urgent high-stakes challenges,” ujar Jack saat mempresentasikan hasil studi dan jajak pendapat terkait penerapan AI di dunia akademik.
Dalam survei yang melibatkan administrator akademik, pendidik, dan mahasiswa, ditemukan bahwa 78% responden merasa optimis terhadap dampak AI dalam pendidikan. Namun, terdapat ironi besar: 95% dari mereka juga percaya bahwa AI sedang disalahgunakan di institusi tempat mereka belajar atau mengajar.
Yang lebih mencemaskan, 64% mahasiswa mengaku khawatir terhadap penggunaan AI di dunia pendidikan, angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan kekhawatiran di kalangan pendidik (50%) dan administrator (41%).
Hasil survei yang dipaparkan oleh Jack Brazel menunjukkan adanya paradoks yang signifikan dalam persepsi terhadap AI di dunia pendidikan. Adanya sebuah kontras yang tajam antara harapan dan kenyataan di dunia pendidikan terkait kehadiran Artificial Intelligence (AI).
Apa bentuk penyalahgunaan yang dimaksud? Ini bisa mencakup penggunaan AI oleh mahasiswa untuk menulis tugas secara otomatis tanpa pemahaman mendalam, atau kurangnya regulasi yang jelas dari pihak institusi terhadap penggunaan alat seperti ChatGPT, penulisan otomatis, maupun teknologi pendeteksi plagiarisme yang belum sepenuhnya akurat.
Ironi ini menggambarkan situasi yang mengkhawatirkan, dimana teknologi yang dipercaya mampu membawa lompatan kemajuan justru menciptakan risiko baru terhadap etika dan integritas akademik. Tanpa kebijakan yang kuat, literasi digital yang mumpuni, dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, AI bisa menjadi pedang bermata dua –mempercepat inovasi sekaligus mengaburkan batas-batas kejujuran akademik.
Acara ini turut dihadiri oleh Kepala Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Agus Rifai, Ph.D., serta para pustakawan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Diakhir sesi diskusi, para peserta yang hadir sepakat bahwa literasi digital dan etika penggunaan AI menjadi kunci masa depan pendidikan yang inklusif dan berintegritas.*RMr
Untuk update berita dan informasi lebih lanjut, bisa di akses: