6 Prinsip Menulis Wajib Kamu Ketahui!
Tips Literasi – Menulis adalah seni menyampaikan pikiran dengan jernih dan efektif. Dalam dunia menulis, efektivitas adalah kunci. Bukan sekedar memilih kata-kata yang indah, tetapi menyusun pesan yang langsung menghujam ke dalam pemikiran pembaca.
Di era digital yang serba cepat, ketika perhatian pembaca hanya bertahan dalam hitungan detik, tulisan yang baik bukan hanya sekadar tulisan yang indah -melainkan tulisan yang mampu menusuk, menggugah, dan bertahan di benak pembaca.
Salah satu sosok yang menguasai seni ini adalah Ernest Hemingway, seorang novelis besar yang memenangkan Pulitzer (penghargaan tertinggi bagi penulis) dan Nobel. Dengan gaya khasnya yang sederhana dan tajam, menawarkan enam prinsip menulis yang terus relevan hingga saat ini.
Berikut Enam Prinsip Menulis ala Ernest Hemingway dalam Suharjono ‘Sukses Menjadi Penulis: Step By Step’.
1. Gunakan Kalimat PendekBanyak penulis terjebak dalam kebiasaan memperpanjang kalimat kata-kata yang tidak perlu, seolah-olah panjang kalimat adalah tanda kedalaman. Ini bukan berarti kita harus menulis secara kaku dan monoton.
Kalimat pendek bukanlah sekadar teknik, melainkan strategi untuk mempertahankan perhatian pembaca. Sebagai Contoh:
Contoh kalimat bertele-tele:
"Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali harus menghadapi berbagai macam tantangan yang tidak jarang membuat kita berpikir lebih dalam untuk mencari solusi terbaik demi mengatasi masalah tersebut."
Contoh kalimat pendek:
"Kita sering menghadapi tantangan yang membutuhkan solusi."
Kalimat pendek singkat, jelas, dan langsung ke inti kalimat.
2. Gunakan Bahasa sederhana, yang mudah dipahami
Bahasa yang sederhana tidak berarti dangkal. Banyak penulis pemula terjebak dalam keinginan untuk terdengar pintar. Sebaliknya, justru bahasa yang mudah dipahami adalah tanda dari kedalaman pemahaman. Sebagai contoh, mana yang lebih efektif?
Versi rumit: "Implementasi strategi komunikasi yang lebih inklusif dapat meningkatkan efektivitas penyampaian pesan."
Versi sederhana: "Komunikasi yang sederhana lebih mudah dipahami dan lebih efektif."
Pesannya sama, tetapi yang kedua lebih langsung, lebih kuat, dan lebih mudah dicerna.
Misalnya lagi, dalam penggunalan kalimat Bahasa Indonesia yang baik. Gunakan rumus SPO. Kalimat yang terdiri dari Subyek (S), kata sebutan atau predikat (P), dan kata tujuan atau obyek (O). Contoh, “Bapak pergi ke kantor menggunakan sepeda motor”. Kalimat tersebut sudah lengkap dan bisa berdiri sendiri.
3. Hindari Kalimat Majemuk yang Berlebihan
Kalimat panjang dan berbelit sering kali membuat pembaca kehilangan arah. Dalam dunia jurnalisme dan sastra modern, pendekatan ini masih digunakan untuk menarik perhatian pembaca yang memiliki rentang perhatian semakin pendek. Dalam menulis, kejelasan adalah segalanya. Contoh sederhana:
Kalimat Majemuk:
“Saya pergi ke pasar, lalu membeli sayuran dan buah-buahan, karena saya membutuhkan bahan makanan untuk memasak mala mini”.
Kalimat Sederhana:
“Saya pergi ke pasar untuk membeli sayuran dan buah-buahan.”
Dengan memecah kalimat majemuk menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana, kita menjaga pesan tetap jelas dan mudah dicerna. Di dunia yang serba cepat ini, Pembaca menginginkan informasi yang cepat, bukan teka-teki linguistik.
4. Gunakan Kalimat AktifKalimat aktif menghidupkan tulisan dengan memberikan energi dan dorongan. Sebagai contoh:
Kalimat Pasif: “Novel itu ditulis oleh Hemingway.”
Kalimat Aktif: “Hemingway menulis novel itu.”
Kalimat aktif lebih dinamis dan lebih langsung. Dalam menulis, kita harus memastikan bahwa kalimat kita tidak hanya informatif, tetapi juga memiliki tenaga yang dapat mendorong pembaca untuk terus terlibat dengan isi tulisan.
5. Gunakan Bahasa Padat dan Kuat
Dalam dunia digital yang dipenuhi oleh informasi yang berlimpah, menulis dengan kata-kata yang padat dan kuat membantu untuk menyampaikan pesan yang jelas tanpa mengelak dari inti permasalahan. Sebagai contoh:
Kalimat yang bertele-tele:
"Dia benar-benar seorang individu yang sangat luar biasa dalam banyak hal yang dia lakukan, dan banyak orang memujinya atas segala pencapaiannya."
Kalimat yang padat dan kuat:
"Dia dihormati karena prestasi luar biasanya."
Kata-kata yang lebih sedikit, tetapi lebih tajam, menyampaikan makna yang lebih kuat dan lebih jelas. Pembaca tidak akan merasa terjebak dalam kata-kata yang tidak perlu dan bisa segera mendapatkan inti dari tulisan tersebut.
6. Gunakan Bahasa Positif
Kata-kata memiliki kekuatan untuk membentuk cara orang berpikir dan merasakan. Hindari bahasa negatif karena kata-kata negatif sering kali membebani pembaca dan mengurangi dampak tulisan. Sebagai contoh:
“Jangan pernah menyerah.” Lebih efektif jika ditulis: “Teruslah Berjuang.”
Pesannya sama, tetapi versi kedua lebih membangun dan lebih menggugah semangat.
Jadi, sebelum menulis, tanyakan pada diri sendiri:
"Apakah saya menulis untuk terdengar pintar, atau untuk membuat orang mengerti?
Untuk update berita dan informasi lebih lanjut, bisa di akses:
*RMr